Saturday, January 8, 2011

Keroncong Dalam Perut Saya

Hari ini, seperti biasa, jadwal makan saya berantakan lagi. Emm, kalau diingat-ingat, saya memang nggak punya jam khusus untuk makan. Kalau merasa perut sudah mulai keroncongan, baru deh makan. Eeh? Bukankah kita sering mendengar ungkapan: “Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang.” (Dulu saya kira ini adalah hadits, ternyata bukan euy!)

Saya “sarapan” pukul 11 siang. Hmm, sepertinya terlalu siang yaa? Pagi ini saya tak sempat sarapan. Ah, lebih tepatnya tidak menyempatkan waktu untuk sarapan. Memilih ke luar rumah dengan perut kosong. Padahal saat itu saya akan berolahraga renang. Maka, aktivitas makan pagi itu baru dilakukan saat di kolam renang. Itupun dengan mie goreng plus telur. Meski kurang bergizi, tapi cukuplah untuk menghangatkan tubuh dan mengubah keroncong di dalam perut saya menjadi alunan musik klasik. ^o^

Sampai rumah pukul 3 sore tapi saya belum berselera makan. Maka, “makan siang” pun baru terlaksana pukul 5 sore saat perut saya beralarm “krucuk..krucukk..” (Keroncongnya sudah selesai manggung kayaknya, hehe). Kali ini menurut saya makanan yang disantap lebih bergizi. Nasi putih dengan sayur labu plus semur tahu. Tak lupa pelengkap yang menambah nikmat: sambal dan kerupuk. Aih, agaknya harga cabe tak berpengaruh terhadap ketersediaan sambal di rumah.

Makan itu normalnya sehari 3 kali. Dan hari ini saya menjadi bagian dari kenormalan itu (biasanya makan sesuai mood euy!). Awalnya saya belum memiliki keinginan untuk makan, lantas “diteror” oleh Cang Biah (kakak ayah) untuk makan. Ah, baiklah, saya pun akhirnya memilih memasak mie goreng plus telur (lagi?).

Alhamdulillah. Perut saya sudah terisi kembali. Dengan ini batas kenormalan telah saya penuhi. Hingga masalah kemudian datang bersamaan dengan pulangnya abang saya beserta istri dan anaknya.

“Ini, martabak manis buat nCang, trus burger buat kamu..”



Oh, my Rabb! Bagaimana neh? Perut saya sudah penuh terisi. Tapi kakak ipar saya ternyata membawa buah tangan setelah jalan-jalan malam ini. Dan burger itu menggoda lidah saya. Terlihat sangat enak dan masih panas pula. Kalau disimpan untuk esok pastilah nggak enak. Masih sanggup makan juga sih.. Menyebalkan! Saya tak kuasa melahap cheese burger itu. Saya kekenyangan. Tak ada musik jazz ataupun musik klasik. Tak ada ruang untuk mereka memantulkan bunyi. Hiks..


Untuk diingat di lain hari:
“Tidak ada satu wadah pun yang diisi oleh Bani Adam, lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkokoh tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang bersumber dari Miqdam bin Ma’di Kasib)
Read More..