Wednesday, May 29, 2013

Terpaksa Berjilbab itu Perlu

Abis nostalgia zaman SMP dan SMA lewat foto-foto di album kenangan. Lalu tersadar bahwa ada perubahan penampilan saya yang begitu nyata.

Dulu rambut masih tergerai karena belum tertutup hijab. Menjelang kenaikan kelas 2 SMA baru memutuskan berjilbab, itupun awalnya karena terpaksa -terpaksa nerusin pake jilbab karena kadung dikasih selamat sama keluarga & tetangga di Hari Raya padahal saya masih coba-coba, haha-

Siapa yang tahu kapan hidayah Allah datang menghampiri? Meski saya saat itu masih raguragu pake jilbab, masih banyak tingkahlaku yang harus diperbaiki, masih terbatas jumlah baju muslim di lemari -bahkan saya beli seragam sekolah H-1 sebelum masuk sekolah pasca libur lebaran. Sepanjang SMA-pun gak beli baju olahraga lagi. Saya pake baju senam jantung milik ibu yang kegedean :P-.

Tapi keterpaksaan itulah yang akhirnya membuahkan keistiqomahan hingga kini -dan moga hingga nanti, ketika jasad terpisah dari ruh, aamiin.

Dear, sodari.. Ternyata, semua ada prosesnya. Jangan biarkan paradigma "Jilbabin hati dulu" mendominasi pikiran kita. Bagaimanapun, Allah-lah yang pada akhirnya Maha Berkehendak memberikan hidayah. Saya hanya bisa mendoakan sodaria yang belum berhijab agar dimantapkan hatinya untuk menjalankan kewajiban seorang muslimah ini.

Salam semangka! :D

Published with Blogger-droid v2.0.10
Read More..

Monday, May 27, 2013

Mentoring: Di Antara Yang Pergi Dan Menghampiri

Suatu siang di rumah seorang kawan seangkatan.

"Gue kan udah nggak liqo lagi. Males aja. Nggak ada sesuatu yang menarik gue untuk hadir di sana."

Lalu, setelah beberapa pemikiran dan penampilannya berubah, kuceritakan hal ini pada kawanku yang lain, masih dalam satu angkatan yang sama. Namun, yang kudapat adalah jawaban yang mengejutkan.

"Aku juga udah nggak liqo lagi."

Bukan hanya satu dua. Kawan yang lainpun menyatakan kebosanannya. Ah, siapa yang salah? Mad'u-nya? Murabbinya? Atau Manhajnya?

Terkenang dulu, hampir sebelas tahun yang lalu, saat kami pertama kali mencicipi majelis ilmu bernama mentoring. Meski awalnya terpaksa hadir karena sebuah kewajiban dari sekolah, namun seiring berjalannya waktu, mentoring telah menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kehidupan.

Dan waktupun bergulir. Semangat mentoring nyatanya tak melulu abadi. Namun, di antara kabarkabar menyedihkan itu, ternyata Allah juga memberiku kabar bahagia.

"Kak, besok kita mentoring di mana?" tanya mentee-ku.

Lalu, di sebuah grup Whatsapp, ada pula yang mengajukan permintaan.

"Kak, aku mau mentoring. Selama ini cuma mengamati aktivitas temanteman dan kakakkakak yang mentoring. Aku tertarik. Aku pengen banget mengisi waktu luangku dengan kegiatan yang menambah ilmu dan menguatkan ruhaniku."

Terakhir, sebuah chat di FB kemarin malam seolah menguatkanku bahwa harapan itu masih ada. Ya, masih ada orangorang yang ingin dibina dalam sebuah majelis bernama mentoring.

"Kak, aku mau curhat," katanya membuka percakapan kami.

"Aku boleh nggak mentoring sama kakak lagi? Udah satu semester ini aku nggak mentoring. Rasanya hampa."

Yaa Allah, betapa bahagianya aku mendengar berita dari adik kelasku di SMA dulu. Aku tak ingin melewatkan kesempatan ini. Ingin kurangkul mereka yang masih bersemangat menuntut ilmu, salah satunya melalui lingkaran kecil ini.

Maka, bimbing aku, Yaa Rabb, agar senantiasa meningkatkan keimanan dan keilmuanku. Istiqamahkan aku di jalan-Mu, duhai Sang Pemilik Hati, agar mampu bertahan ketika badai ujian menerjang. Izinkan aku, bersama adikadikku yang tersayang, menggapai keridhaanmu.

***
Di balik 3 jendela,
27 Mei 2013 pk. 08.30 wib
"fawatstsiqillahumma raabithataha..."

Published with Blogger-droid v2.0.10
Read More..